“Pelarian Kecil yang Terasa Aman: Saat Inner Child Menemukan Rumah di Dunia Digital”

0 0
Read Time:2 Minute, 15 Second


— Tentang Kenyamanan Sementara yang Sering Kita Cari Diam-Diam —


Di antara tumpukan notifikasi, kabar buruk di luar sana, dan rutinitas yang menghimpit…
Ada satu momen hening ketika kita diam-diam membuka aplikasi permainan.
Bukan karena bosan semata. Tapi karena ada sesuatu di dalam hati yang ingin “bersembunyi sebentar.”

📱 Dunia digital — dengan warna cerah, ritme cepat, dan hadiah kecil-kecil — menjadi tempat pelarian.
Tapi lebih dalam dari itu…
ia menjadi rumah kecil bagi inner child kita.


🧸 1. Si Anak Kecil Itu Masih Ada

Kita tumbuh, kita berubah, tapi bagian dari kita yang pernah:

  • kecewa,
  • ditinggalkan,
  • tak sempat bermain,
    masih tinggal di sana… diam-diam berharap dipeluk.

Inner child bukan istilah spiritual kosong.
Ia nyata.
Ia hadir ketika:

  • kita tiba-tiba ingin hadiah,
  • ingin dimenangkan,
  • ingin merasa penting — walau hanya oleh angka di layar.

🎯 Dan dunia digital memberinya ruang itu.
Ia jadi tempat bermain yang tidak menghakimi.


🪩 2. Dunia Digital: Taman Bermain Tanpa Luka

Slot, game, bahkan scrolling sosial media… semuanya dirancang seperti arena yang:

  • aman,
  • bisa dikendalikan,
  • penuh kemungkinan menyenangkan.

📌 Untuk anak kecil dalam diri kita, ini seperti menemukan taman bermain yang tak ada orang dewasa galak, tak ada cemoohan, tak ada kehilangan.
Hanya ada “kamu dan harapan bahwa sesuatu yang baik akan muncul sebentar lagi.”

Dan itu terasa… nyaman.
Sejenak, dunia jadi terasa baik.


🕹️ 3. Mencari Bukan Menang, Tapi Tenang

Yang kita cari bukan jackpot besar.
Bukan hadiah jutaan.
Kadang cuma sensasi kecil bahwa “aku berhasil”.
Bahwa “aku cukup baik”.
Bahwa “aku bisa menang, walau cuma hari ini.”

📌 Dan setiap suara ‘cling’, simbol yang cocok, atau momen menang kecil… itu seperti bisikan pelan ke inner child kita:

“Lihat, kamu bisa. Kamu layak.”


🔁 4. Tapi Pelarian Tak Bisa Jadi Tempat Tinggal

Dunia digital bisa jadi rumah sementara,
tapi tak bisa jadi tempat tinggal seutuhnya.

📌 Karena meski memberi rasa nyaman, ia tak menyembuhkan.
Ia hanya menunda rasa sakit, seperti perban yang menutup luka, tapi tak menyembuhkan dari dalam.

Inner child yang terlalu lama tinggal di sana…
akan terus menunggu kemenangan,
terus berharap layar bisa menggantikan pelukan.

Dan itu tidak akan pernah cukup.


🪞 5. Ajak Dia Pulang, Bukan Sembunyi

Pelarian kecil boleh, asalkan kita tahu kapan waktunya pulang.
Saat kita sadar bahwa:

  • anak itu tidak salah,
  • ia hanya rindu perhatian,
  • dan sekarang kita cukup dewasa untuk memberikannya langsung.

🌱 Dunia digital bisa jadi jembatan,
tapi bukan tujuan akhir.

Satu-satunya rumah yang benar-benar bisa menampung inner child kita…
adalah kesadaran dan penerimaan kita sendiri.


🌌 Penutup: Saat Main Itu Bukan Sekadar Main

Lain kali kamu membuka aplikasi itu,
berhenti sejenak.
Tanya pelan:

“Apakah aku sedang ingin bermain…
atau sedang mencari pelukan yang dulu tak sempat aku terima?”

Karena mungkin, di balik semua permainan itu,
kita semua hanya sedang mencari tempat untuk pulang.


Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %